entah bagaimana aku dilahirkan.
bagaimana suasana waktu itu.
sepertinya aku tidak mendengar jerit payah seraya dzikir ibuku ketika aku mulai memasuki dunia ini.
aku pun tidak ingat bagaimana ayahku mentalqinkan azan dan iqomah di kedua telingaku.
bahkan aku pun lupa bagaimana aku menangis pertama kali.
aku rasa wajar-wajar saja.
karena Allah tidak memberikan indra yang kuat untukku waktu itu.
tapi kira-kira kini aku dapat membayangkan bagaimana jerit ibuku yg payah waktu itu seiring dengan jerit hati ibuku ketika aku membantah permintaannya.
aku pun kini dapat membayangkan bagaimana ayahku mentalqinkan azan dan iqomah dikedua telingaku, mungkin sama seperti beliau memberikan nasihat dengan lembut namun tegas ketika aku ketahuan pertama kali bertengkar dengan teman.
tapi bagaimana pertama kali aku menangis waktu itu.
sama sekali tidak terbayangkan.
pastinya tidak sama dengan tangis cinta bodohku yang lalu... ya, sama sekali berbeda.
namun nanti ya Allah... aku bermohon..,
katika aku sakaratul maut aku ingin mendengar ibu, ayah, keluarga, orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku berdzikir dengan lembut mengiringi kepergianku tanpa jerit tangis.
dan jika Engkau mengizinkan, aku juga ingin mendengar ayahku atau keluargaku mentalqinkan adzan dan iqomah ketika jasadku bersatu dengan tanah untuk pertama kali.
serta aku memohon sebagaimana aku delahirkan, akupun tidak ingin menagis ketika nanti aku akan dematikan.
aku ingin melafazkan tahlil dan shalawat, "laa Ilaaha illallah... Muhammad ar-rasulullah..." lalu tersenyum karena aku tahu Kau mencintaiku.
02032010